Sabtu, 02 Februari 2013

Sistem Pembibitan Tebu Single Bud Nurserry


Sistem Pembibitan Tebu Single Bud Nurserry

Peningkatan produksi tebu penting untuk dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi bahkan menghentikan ketergantungan impor gula. Produksi tebu dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya jenis tanah, varietas, teknik budidaya, modal, infrastruktur, pengolahan tanah, pemeliharaan, lingkungan, dan bahan tanam atau bibit. Bahan tanam merupakan salah satu faktor produksi yang esensial, mutu bahan tanam menentukan produksi tebu secara keseluruhan disamping faktor lainnya.
Sistem pengadaan bahan tanam yang selama ini diterapkan dengan bagal, rayungan, dan lonjoran masih kurang efesien. Sistem tersebut diatas memiliki waktu pembibitan lama, kesehatan dan kemurnian bibit kurang terjamin, membutuhkan lahan yang luas, kebutuhan bahan tanam besar, penanaman harus dilakukan pada awal atau akhir musim hujan, dan pertumbuhan bibit kurang serempak. Solusi yang dapat dipertimbangkan untuk mengatasi permasalahan tersebut ialah dengan menerapkan satu inovasi baru dalam pembibitan tebu yang diadopsi dari Kolumbia, pembibitan tersebut dikenal dengan sistem pembibitan tebu satu mata tunas (single bud nurserry). Proses pembibitan tebu dengan sistem single bud nurserry secara umum terdapat dua tahapan yaitu persemaian I (pendederan mata tunas pada bedengan) selama 10-14 hari dan persemaian II (penanaman bibit ke pot tray) 2,5 bulan.
Bibit yang dihasilkan dari persemaian II selanjutnya siap disalurkan atau ditanam ke lahan. Hal yang perlu diingat pada saat bibit berada di pot tray ialah peletakannya tidak boleh di atas tanah secara langsung supaya akar bibit tidak bersentuhan dengan tanah yang berada di luar pot tray. Prosedur tersebut diterapkan supaya bibit benar-benar hidup dari media tanam yang ada di dalam pot tray. Perlakuan tersebut sebagai bentuk dari pengadaptasian bibit ke lahan supaya daya adaptasi bibit di lahan yang sesungguhnya baik.
Keuntungan pembibitan single bud nurrsery antara lain (1) areal yang dibutuhkan lebih sedikit; (2) umur bibit lebih pendek yaitu kurang dari 3 bulan sudah siap tanam; (3) setiap saat bibit akan tersedia sehingga jenjang pembibitan lebih efektif; (4) kualitas bibit lebih terjamin dan presentase serta kepastian hidup lebih tinggi. Selain kelebihan-kelebihan tersebut pada pembibitan ini masih terdapat beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan yaitu (1) membutuhkan tenaga kerja terampil; (2) belum diketahui oleh sebagian besar masyarakat luas atau khalayak; (3) adaptasi penanaman (transplantting) dan; (4) sistem pemeliharaan masih membutuhkan kajian lebih lanjut (PTPN XI, 2011).

Kegiatan pemindahan bibit hasil dederan ke pot tray














Pelaksanaan Pembibitan
A. Persemaian Tahap I
a. Persiapan media tanam
Menyiapkan media tanam untuk bedengan yaitu campuran kompos dan tanah 1 : 1 kemudian diayak.
b. Pembuatan bedengan
Membuat bedengan yang terbuat dari bak kayu empat persegi panjang de-ngan dimensi 200 cm x 120 cm x 15 cm, yang disi dengan tanah + kompos 1 : 1, tanah dan kompos di campur menjadi satu dengan menggunakan cangkul.
c. Pengambilan bahan tanam
Bahan tanam yang digunakan ialah berupa batang, batang tebu tebu dipotong menggunakan gergaji atau bisa juga menggunakan peralatan mekanis, panjang potongan + 2,5 cm pada saat pemotongan mata tunas tidak boleh rusak karena merupakan titik tumbuh tebu. Bahan tanam diambil dari kebun bibit, tebu yang diambil berumur + 6 bulan, pada umur tersebut, mata-mata masih baik dan dapat tumbuh dengan optimal. Batang yang dijadikan sebagai bahan tanam ialah bagian tengah, cara pembagiannya ialah panjang batang dibagi tiga supaya diperoleh bahan tanam yang seragam.
d. Perendaman bibit tebu dan sortasi
Sebelum di kecambahkan bibit tebu di rendam pada air hangat (Hot water Treatment) air hangat juga ditambahkan disinfektan dengan merek dagang wipol yang berbahan aktif Pine Oil 2,5% dengan konsentrasi 2 ml per liter air. Tujuan perendaman di air hangat ialah untuk membebaskan bahan tanam (mata tunas) yang akan digunakan bibit dari patogen (jamur, bakteri, atau virus). Perendaman dilakukan pada suhu 510C selama 1 jam. Bibit yang rusak dilakukan sortasi untuk mencegah tertularnya penyakit, kegiatan ini dilakukan sebelum perendaman.
e. Pendederan bahan tanam di bedengan
Mata tunas yang sudah direndam air hangat dan dilakukan sortasi selanjut-nya di deder (disemaikan) pada bedengan yang telah disiapkan. Mata tunas dise-maikan secara berhimpitan dan lurus pada permukaan bedengan dengan kedala-man ± 2 cm. Posisi mata tunas harus menghadap ke atas dan tidak boleh tertimbun oleh tanah, lama pendederan bahan tanam ialah selama 10-14 hari (siap dipindahkan ke pot tray).

B. Persemaian Tahap II
a. Persiapan Media Tanam
Setiap  lubang  tanam pot tray  diisi  media tanam (tanah, pasir, kompos, dan serbuk gergaji) hingga ½ bagian, sesuai dengan perlakuan.
b. Penanaman
Hasil dari pendederan (persemaian tahap I) ditanam pada pot tray, pot tray diletakkan diatas para-para supaya akar bibit tebu tidak mempunyai kesempatan memanfaatkan media tumbuh yang berada diluar pot tray khususnya tanah. Pembesaran bibit di pot tray selama 2,5 bulan sehingga pelaksanaan penelitian secara keseluruhan ialah 3 bulan, dengan rincian 2 minggu di persemaian I (dederan), dan 10 minggu di persemaian II (pot tray).

C. Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman bibit dilakukan sehari dua kali yaitu pada pagi dan sore hari secukupnya / sesuai kapasitas lapang.

b.  Pemupukan
Pemupukan dilakukan 5 hari setelah di pindah di pot tray, pupuk yang digu-nakan ialah pupuk ZA sebanyak 25 gram. Pupuk yang sama diberikan dalam dosis sesuai perlakuan yang diaplikasikan 30 hari setelah pemberian pupuk pertama. Pupuk dasar maupun perlakuan dilarutkan kedalam 10 liter air untuk diaplikasikan pada bibit tebu di pot tray dengan luasan 1 m2. Setiap 1 m2 terdapat 6 unit pot tray yang masing-masing berisi 32 lubang tanam atau 192 lubang tanam untuk 6 pot tray, sehingga tiap lubang tanam diaplikasikan larutan pupuk N sebesar 52 ml.
c. Pengendalian organisme penggangu tumbuhan (OPT)
Pengendalian OPT diutamakan dengan cara preventif misalnya dengan mencabut gulma, menjaga kebersihan media, dan mencabut bibit yang terserang OPT. Untuk itu juga dilakukan monitoring secara berkala sesuai prinsip PHT (Pengendalian hama dan sumberdaya terpadu). 
Unduh file skripsi di :
 http://www.4shared.com/office/ByBcdL8qba/Respon_Pertumbuhan_Bibit_Tebu_.html