Sistem Pembibitan Tebu Single
Bud Nurserry
Peningkatan produksi tebu penting untuk dilakukan
sebagai upaya untuk mengurangi bahkan menghentikan ketergantungan impor gula. Produksi tebu dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya jenis tanah, varietas, teknik budidaya, modal,
infrastruktur, pengolahan tanah, pemeliharaan, lingkungan, dan bahan tanam atau
bibit. Bahan tanam merupakan salah satu
faktor produksi yang esensial, mutu bahan tanam menentukan produksi tebu secara
keseluruhan disamping
faktor lainnya.
Sistem pengadaan bahan tanam yang selama ini
diterapkan dengan bagal, rayungan, dan lonjoran masih kurang efesien. Sistem
tersebut diatas memiliki waktu pembibitan lama, kesehatan dan kemurnian bibit
kurang terjamin, membutuhkan lahan yang luas, kebutuhan bahan tanam besar,
penanaman harus dilakukan pada awal atau akhir musim hujan, dan pertumbuhan
bibit kurang serempak. Solusi yang dapat dipertimbangkan untuk mengatasi
permasalahan tersebut ialah dengan menerapkan satu inovasi baru dalam
pembibitan tebu yang diadopsi dari Kolumbia, pembibitan tersebut dikenal dengan
sistem pembibitan tebu satu mata tunas (single
bud nurserry). Proses pembibitan tebu dengan sistem single bud nurserry
secara umum terdapat dua tahapan yaitu persemaian I (pendederan mata tunas pada
bedengan) selama 10-14 hari
dan
persemaian II (penanaman bibit ke pot tray) 2,5 bulan.
Bibit yang dihasilkan dari persemaian II selanjutnya siap disalurkan atau ditanam ke lahan.
Hal yang perlu diingat pada saat bibit berada di pot tray ialah peletakannya tidak boleh di atas tanah
secara langsung supaya
akar bibit tidak bersentuhan dengan tanah yang berada di luar pot tray. Prosedur
tersebut diterapkan supaya bibit benar-benar hidup dari media tanam yang ada di
dalam pot tray. Perlakuan tersebut sebagai
bentuk
dari pengadaptasian bibit ke lahan supaya daya adaptasi bibit di lahan yang
sesungguhnya baik.
Keuntungan pembibitan
single bud nurrsery antara lain (1) areal yang dibutuhkan lebih
sedikit; (2) umur bibit lebih pendek yaitu kurang dari 3 bulan sudah siap tanam; (3) setiap saat bibit akan tersedia
sehingga jenjang pembibitan lebih efektif; (4) kualitas bibit lebih terjamin dan presentase serta kepastian hidup lebih tinggi. Selain kelebihan-kelebihan tersebut pada pembibitan ini masih
terdapat beberapa
kelemahan yang perlu diperhatikan yaitu (1) membutuhkan tenaga kerja terampil; (2) belum diketahui oleh sebagian besar masyarakat luas atau khalayak; (3) adaptasi penanaman (transplantting) dan; (4) sistem
pemeliharaan masih membutuhkan kajian
lebih lanjut (PTPN XI, 2011).
Kegiatan pemindahan bibit hasil dederan ke pot tray |
Pelaksanaan Pembibitan
A. Persemaian Tahap I
a. Persiapan media tanam
Menyiapkan media tanam untuk
bedengan yaitu campuran kompos dan tanah 1 : 1 kemudian diayak.
b. Pembuatan bedengan
Membuat bedengan yang terbuat dari
bak kayu empat persegi panjang de-ngan dimensi 200 cm x 120 cm x 15 cm, yang
disi dengan tanah + kompos 1 : 1, tanah dan kompos di campur menjadi satu
dengan menggunakan cangkul.
c. Pengambilan bahan tanam
Bahan tanam yang digunakan ialah berupa batang, batang tebu tebu dipotong menggunakan gergaji atau bisa juga menggunakan peralatan mekanis, panjang potongan + 2,5 cm pada saat pemotongan mata tunas tidak boleh
rusak karena merupakan titik tumbuh tebu. Bahan tanam diambil dari kebun bibit,
tebu yang diambil berumur + 6 bulan, pada
umur tersebut, mata-mata masih baik dan dapat tumbuh dengan optimal. Batang
yang dijadikan sebagai bahan tanam ialah bagian tengah, cara
pembagiannya ialah panjang batang dibagi tiga supaya diperoleh bahan tanam yang
seragam.
d. Perendaman bibit tebu dan sortasi
Sebelum di kecambahkan bibit tebu di
rendam pada air hangat (Hot water
Treatment) air hangat juga ditambahkan disinfektan dengan merek dagang wipol yang berbahan aktif
Pine Oil 2,5% dengan konsentrasi 2 ml per liter air. Tujuan perendaman di air hangat
ialah untuk membebaskan bahan tanam (mata tunas) yang akan
digunakan bibit dari patogen (jamur, bakteri, atau virus). Perendaman dilakukan
pada suhu 510C selama 1 jam. Bibit yang rusak dilakukan sortasi
untuk mencegah tertularnya penyakit, kegiatan ini dilakukan sebelum perendaman.
e. Pendederan bahan tanam di bedengan
Mata tunas yang sudah direndam air
hangat dan dilakukan sortasi selanjut-nya di deder (disemaikan) pada bedengan yang
telah disiapkan. Mata tunas dise-maikan secara berhimpitan dan lurus pada
permukaan bedengan dengan kedala-man ± 2 cm. Posisi mata tunas harus menghadap
ke atas dan tidak boleh tertimbun oleh tanah, lama pendederan bahan tanam ialah
selama 10-14 hari (siap dipindahkan ke pot tray).
B. Persemaian Tahap II
a. Persiapan Media Tanam
Setiap lubang
tanam pot tray diisi media tanam (tanah, pasir, kompos, dan serbuk gergaji) hingga ½ bagian, sesuai dengan
perlakuan.
b. Penanaman
Hasil dari pendederan (persemaian
tahap I) ditanam pada pot tray, pot tray diletakkan diatas para-para supaya
akar bibit tebu tidak mempunyai kesempatan memanfaatkan media tumbuh yang
berada diluar pot tray khususnya tanah. Pembesaran bibit di pot tray selama
2,5 bulan sehingga pelaksanaan penelitian secara keseluruhan ialah 3 bulan,
dengan rincian 2 minggu di persemaian I (dederan), dan 10 minggu di persemaian
II (pot tray).
C. Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman bibit dilakukan sehari
dua kali yaitu pada pagi dan sore hari secukupnya / sesuai kapasitas lapang.
b. Pemupukan
Pemupukan dilakukan 5 hari setelah
di pindah di pot tray, pupuk yang digu-nakan ialah
pupuk ZA sebanyak 25 gram. Pupuk yang sama diberikan dalam dosis sesuai
perlakuan yang diaplikasikan 30 hari setelah pemberian
pupuk pertama. Pupuk dasar maupun perlakuan dilarutkan kedalam 10 liter air
untuk diaplikasikan pada bibit tebu di pot tray dengan luasan 1 m2.
Setiap 1 m2 terdapat 6 unit pot tray yang masing-masing
berisi 32 lubang tanam atau 192 lubang tanam untuk 6 pot tray, sehingga tiap
lubang tanam diaplikasikan larutan pupuk N sebesar 52 ml.
c. Pengendalian organisme penggangu tumbuhan (OPT)
Pengendalian OPT diutamakan dengan
cara preventif misalnya dengan mencabut gulma, menjaga kebersihan media, dan
mencabut bibit yang terserang OPT. Untuk itu juga dilakukan monitoring secara
berkala sesuai prinsip PHT (Pengendalian hama dan sumberdaya terpadu).
Unduh file skripsi di :
http://www.4shared.com/office/ByBcdL8qba/Respon_Pertumbuhan_Bibit_Tebu_.html
Unduh file skripsi di :
http://www.4shared.com/office/ByBcdL8qba/Respon_Pertumbuhan_Bibit_Tebu_.html