UJI DAYA SIMPAN BENIH DENGAN METODE
RAPID ANGING METHOD (RAM)
BAB 1.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyimpanan
benih penting untuk dilakukan dalam rangka menghasilkan benih yang berkualitas
ketika proses pengriman selanjutnya sampai ketangan konsumen. Benih yang
disimpan merupakan benih yang telah masak fisiologis, benih yang masuk pada
masa fisiologis daya kecambahnya mencapai maksimum dimana bobot kering pada
saat itu telah mencapai pada titik optimumnya. Pada saat masak fisologis
viabilitas dan vigornya tinggi, viabilitas dan vigor yang tinggi akan
berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan produksi tanaman yang diusahakan.
Oleh karena itu benih dipanen ketika mengalami masak fisiologis, setelah
dipanen benih dirontokan dan dilakukan pengolahan, dan pada periode selanjutnya
diberikan perlakuan yang baik agar masa simpannya lama.
Benih
yang disimpan dengan baik dan pengelolan teknik yang benar akan menghasilkan
benih yang berkualitas baik dalam jangka waktu yang lama, atau bisa dikatakan
kualitas benih dapat dipertahankan melalui penyimpanan yang baik. Faktor –
faktor yang berpengaruh terhadap masa simpan penih yang terutama adalah suhu,
kelembaban, dan kadar air benih. Selain itu yang perlu diperhatikan supaya
benih tidak diserang oleh hama kebersihan tempat penyimpanan harus
diperhatikan. Untuk menguji benih yang disimpan termasuk benih yang unggul atau
tidak salah satunya bisa dilakukan pengujian dengan metode RAM (Rapid anging method).
Intinya
metode pengujian benih dengan metode RAM adalah menekan kondisi benih pada
kondisi kelembaban dan suhu yang tinggi. Pada kondisi kelembaban tinggi
imbibisi benih akan meningkat sehingga kelembaban didalam benih juga meningkat,
kelembaban yang meningkat dapat memicu serangan jamur. Sedangkan pada suhu yang
tinggi menyebabkan kadar air benih banyak mengalami kehilngan, kehilangan
banyak air berpengaruh terhadap kualitas benih yakni benih cenderung maudah
mengalami kerusakan mekanis. Pengujian benih dengan kondisi yang tidak
mendukung penting untuk dilakukan supaya ketahanan benih terhadap kondisi
tersebut dapat diketahui. Benih yang tehan terhadap deraan suhu dan kelembaban
yang tinggi jika dismpan dengan kondisi yang optimum masa simpannya akan lebih lama.
1.1 Permasalahan
Bagaimana cara menentukan ketahanan benih terhadap daya simpan benih
sehingga mutu benih dapat dipertahankan?
1.2 Tujuan dan Manfaat
1.2.1
Tujuan
Untuk menentukan ketahanan benih terhadap daya simpannya
dengan membuat kondisi yang menekan berupa kelembaban tinggi dan suhu tinggi.
1.2.2
Manfaat
Agar mahasiswa dapat menentukan ketahanan benih terhadap
daya simpan benih sehingga mutu benih dapat terjaga.
BAB 2.
TINJAUAN PUSTAKA
Penyimpanan
benih dalam rangka pembenihan mempunyai arti yang luas, benih yang disimpan
merupakan benih yang telah mencapai kemtangan fisiologis sampai waktu tanam
tiba, dapat pada tanaman, digudang atau dalam rangka pengiriman benih itu
ketempat, daerah yang memerlukannya. Selama dalam masa penyimpanan, karena
pengaruh beberapa faktor, keadaan atau mutu benih akan mengalami kemunduran
atau deteriorasi (Kartasapoetra, 1992). Penyimpanan yang tepat yakni dengan
membuat lingkungan penyimpanan bersih dan kelembaban dan suhu dapat diatur
dengan sedemikian rupa sampai pada titk optimumnya akan memperpanjang masa
simpan benih.
Permasalahan yang seringkali terjadi pada pengadaan
benih adalah viabilitas yang cepat menurun jika penyimpanannya tidak tepat.
Sortasi kelompok benih yang telah rendah kualitasnya secara sederhana dapat dilakukan
melalui perendaman dalam suatu cairan (H2O, larutan sukrosa, KNO3,
dll). Cara ini didasarkan pada perbedaan berat jenis dan kecepatan penyerapan -
pelepasan air dari setiap individu. (Zanzibar, 2008). Penurunan
viabilitas benih merupakan suatu indikasi kuat terjadinya proses kemunduran
benih atau deterioras, penyebab kemunduran yang utama adalah kadar air yang
terlalu sedikit atau terlalu banyak, suhu, dan kelembaban.
Benih yang teridikasi mengalami
kemunduran daya simpannya akan menurun drastis. Kemunduran
benih merupakan proses penurunan mutu secara berangsur-anngsur dan kumulatif
serta tidak dapat balik
(irreversible) akibat perubahan
fisisologis yang disebabkan oleh
faktor dalam. Proses penuaan atau
mundurnya vigor secara fisiologis ditandai dengan penurunan daya berkecambah,
peningkatan jumlah kecambah abnormal, penurunan
pemunculan kecambah di
lapangan (field emergence),
terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman, meningkatnya kepekaan
terhadap lingkungan yang ekstrim yang akhirnya dapat menurunkan produksi
tanaman (Purwanti, 2004).
Suhu penyimpanan dan kadar air benih
merupakan faktor penting yang mempengaruhi masa hidup benih. Biasanya kadar air
benih lebih besar pengaruhnya dari pada suhu. Pada kisaran suhu tertentu, umur
penyimpanan benih sayuran, bunga – bungaan dan tanaman pangan menurun dengan
meningkatnya suhu, kecuali benih – benih tertentu yang berumur pendek. Secara
umum, viabilitas dan vigor benih menurun sejalan dengan meningkatnya suhu dan
semakin lamanya benih terkena suhu tinggi, dan semakin meningkatnya kandungan
kadar air benih. Pada suhu tertentu kerusakan berkurang dengan berkurangnya
kadar air (Justice dan Bass, 1994; Terjemahan Rennie Roeslie).
Berdasarkan
penelitian Atmaka dan Kawiji (2004) Perubahan
kadar air selama penyimpanan
terlihat peningkatan kadar air yang relatif lambat sampai hari ke-70 setelah
penyimpanan. Selanjutnya peningkatan kadarair yang lebih besar terlihat sampai
hari ke-112. Jagung varietas Arjuna secara umum mempunyai kadar air yang lebih
tinggi dibandingkan dengan kedua varietas lainnya, khususnya pada pengamatan
hari pertama dan setelah penyimpanan 112 hari.
Kondisi ini disebabkan karena tiap-tiap varietas secara genetik
mempunyai kandungan air yang berbeda-beda dan mempunyai kemampuan menahan air
yang berbeda-beda. Selain itu biji jagung yang disimpan dalam karung plastik
tersebut senantiasa berusaha menyesuaikan diri pada kondisi lingkungan yang
seimbang sehingga mengakibatkan peningkatan kadar air yang berbeda-beda pada
tiap perlakuan suhu pengeringan.
Penentuan
kadar air untuk penyimpanan benih salah satunya melalui pertimbangan genetis
benih. Tiap benih orthodox meskipun jenisnya sama yakni membutuhkan kadar air
yang rendah dalam penyimpanannya namun untuk lamanya benih dalam kondisi prima
berbeda – beda. Hal tersebut dikarenakan faktor genetis masing – masing benih
berbeda. Menurut Sudarmaji, et al.,
(1989) komposisi kimia benih seperti karbohidrat, protein, dan lemak dapat
berpengaruh terhadap lama masa simpan suatu benih. Benih dengan kandungan
protein tinggi seperti kedelai cenderung mudah pecah dibandingkan jagung yang
kadar proteinnya lebih rendah. Oleh karena itu benih kedelai tidak bisa
disimpan dalam waktu yang relatif lama karena rawan terjadi kerusakan mekanis.
Sebagai
tanaman pangan, kedelai dapat disimpan dalam jangka waktu cukup lama. Caranya
kedelai disimpan di tempat kering dalam karung. Karung-karung kedelai ini
ditumpuk pada tempat yang diberi alas kayu agar tidak langsung menyentuh tanah
atau lantai. Apabila kedelai disimpan dalam waktu lama, maka setiap 2-3 bulan
sekali harus dijemur lagi sampai kadar airnya sekitar 9-11 % (Rukmana dan
Yuniarsih, 1996). Untuk mengetahui
ketahanan benih terhadap daya simpannya dengan membuat
kondisi yang menekan berupa kelembaban tinggi dan suhu tinggi. Metode pengujian tersebut dikenal dengan istilah
RAM (Rapid anging method), benih yang
mempunya viabilitas dan vigor yang tingga akan tahan terhadap deraan kelembaban
dan suhu yang tinggi.
BAB 3. METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum
Uji Daya Simpan Benih Dengan Metode Rapid Aging Method (RAM) dilaksanakan pada
hari Sabtu, 19 Nopember 2011, pukul 07.30 WIB. dan bertempat di Laboratorium
Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Beaker
glass
2. Krisper
plastik
3. Termometer
4. Alat
pengukur RH
5. Alat
pengukur kaar air benih atau tester
6. Inkubator
7. Alat
pengecambah
3.2.2 Bahan
1.
Benih jagung
2.
Benih kedelai
3.
Substrat kertas merang
4.
Plastik
3.3 Cara Kerja
1. Menyiapkan
bahan dan alat yang digunakan.
2. Megukur
kadar air benih yang akan disiman dengan alat pengukur kadar air benih atau
dengan metode oven.
3. Memasukkan
lembaran kertas merang yang basah dalam dasar krisper dan bagian dalam tutup
krisper diberi lapisan kertas merang yang kering untuk menyerap air yang
berkondensasi.
4. Meletakkan
benih yang akan diuji dalam beaker glass terbuka dan memasukkan dalam krisper
dengan keadaan tertutup (ada dua ulangan).
5. Menempatkan
krisper dalam inkubator yang berkelembaban nisbi (RH) 100% dan suhu 40 °C
selama empat hari (4 x 24 jam). Memasukkan benih dalam kaleng sebagai
pembanding (kontrol) dan menutup rapat.
6. Menanam
masing-masing benih sebanyak 25 butir dalam substrat kertas dengan metode uji
UKDdp.
VI.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil pengukuran kadar air benih
Tabel 4.2 Perkecambahan
benih
4.2 Pembahasan
Kondisi lingkungan yang optimum dan
kebersihan tempat penyimpanan berpengaruh positif terhadap lamanya masa simpan
benih. Kadar air merupakan salah satu kunci penyimpanan, benih dapat
dipertahankan pada kualitas yang baik. Pada prinsipnya benih terbagi atas dua
jenis berdasarkan kebutuhan kadar air optimum dalam penyimpanan. Benih yang
membutuhkan kadar air relatif rendah dalam penyimpanan disebut benih orthodox,
benih tersebut optimal disimpan dengan kadar air 10 – 14%, contohnya kedelai,
padi, jagung, dan gandum.
Sebaliknya benih yang membutuhkan
kadar air tinggi selama penyimpanan tergolong benih rekalsitran, pada benih kakao
yang tergolong rekalistran kadar air optimal selama penyimpanan berkisar 40 –
50 %. Tetapi yang perlu diingat benih rekalsitran tidak bisa disimpan terlalu
lama, hal ini berkaitan dengan potensi hilangnya kadar air secara drastis
karena sesuatu hal yang menyebabkan benih rusak. Selain itu menurut beberapa
peneliti masa simpan benih rekalsitran secara genetis memang lebih rendh
dibandingkan benih orthodox. Benih orthodox bisa disimpan hingga bertahun –
tahun jika kondisi penyimpananya optimum, tetapi ada juga benih orthodox yang
masa simpannya pendek misalnya kedelai yang hanya tahan ± 3 bulan. Hal tersebut
terjadi karena benih mempunyai karakteristik yang berbeda dalam hal ini susunan
komposisi kimia dan sifat fisiologis benih.
Menurut Hasanah (2002) Benih ortodok
umumnya dimiliki oleh spesies – spesies tanaman setahun, dua tahun (bienial)
dengan ukuran benih kecil. Benih ortodok tahan pengeringan sampai kadar air
mencapai 5% dan dapat disimpan pada suhu rendah. Daya simpan benih dapat
diperpanjang dengan menurunkan kadar air dan suhu. Berbeda halnya dengan Benih
rekalsitran, benih tersebut tidak tahan disimpan pada suhu dibawah 200C.
Beberapa spesies tanaman tropis yang mempunyai sifat rekalsitran atau peka
terhadap suhu rendah adalah kemiri, kayu manis, pala, kelapa, dan palma
lainnya. Kelompok tanaman ini menghasilkan benih yang tidak pernah kering pada
tanaman induknya, bila gugur benih masih dalam kondisi lembab dan mati apabila
kadar air kritis. Benih yang disimpan dalam kondisi yang lembab daya hidupnya
relatif pendek bergantung spesiesnya. Faktor – faktor yang mempengaruhi
benih selama penyimpanan antara lain sebagai berikut :
1. Kadar air
Salah
satu sifat benih yang perlu diketahui adalah benih bersifat higroskopis,
artinya benih mampu menyerap dan mengeluarkan air berdasarkan kebutuhannya
menuju keseimbangan. Keseimbangan akan dicapai jika benih cenderung tidak
melakukan aktivitas penyerapan dan pelepasan air. Pada kondisi dimana kadar air
terlalu tinggi akan berpengaruh terhadap naiknya kelembaban dan respirasi benih
sehingga energi yang dilepaskan untuk kegiatan tersebut terlalu banyak.
Banyaknya energi yang terlepas untuk respirasi menyababkan benih kehilangan
banyak energi untuk perkecambahan, akibatnya benih dapat mengalami kemunduran
atau perkecambahan benih terhambat. Benih cenderung berkecambah abnormal bahkan
benih yang ketahanannya sangat rendah akan mati. Sebaliknya pada lingkungan
dengan kadar air yang terlalu rendah benih tidak bisa menyerap air dalam jumlah
yang cukup yang menyebabkan benih mudah mengalami keruskan mekanis.
2. Kelembaban
Kelembaban
yang tinggi terjadi jika kadar air benih terlalu tinggi dengan suhu yang tinggi
pula. Banyaknya air yang diserap oleh benih melalui mekanisme higroskopis akan
meningkatkan kelembaban, pada kelembaban yang tinggi benih sangat rentan
terhadap serangan penyakit terutama jamur. Benih yang terserang jamur sebagian
besar tumbuh abnormal dan mati bergantung vigor benih. Untuk mengetahui
kelembaban yang optimal untuk penyimpanan benih dilakukan dengan mengukur
kelembaban yang didasarkan padar grafik isotherma absorbsi yang menunjukan
kaitan dari kandungan benih dengan kelembaban relatif udara pada suhu tertentu.
3. Suhu
Suhu udara dapat mempengaruhi proses
biokimia maupun organisme lainnya untuk aktif. Proses biokimia serta aktifitas
serangga, jamur dan bakteri dapat terhambat pada kondisi suhu di bawah 8-10 C.
Pada kondisi demikian dapat mengakibatkan kerja enzim yang terkandung di dalam
benih dalam fase istirahat, sehingga dengan demikian baik
enzim yang terdapat di dalam benih, serangga, bakteri maupun jamur tidak aktif.
Oleh karena itu, benih dapat aman apabila dikondisikan pada suhu tersebut.
4. Jenis Benih
Jenis
serealia yang berbeda, dalam penyimpanan dibawah keadaan atau persyaratan yang
sama, umumnya daya simpannya akan berbeda pula. Hal ini berarti jenis yang satu
lebih lambat kehilangan daya tumbuhnya, sedang jenis benih yang lainnya akan
lebih cepat. Kejadian demikian akan terjadi pula pada jenis benih yang
berlainan varietasnya, bila mengalami penyimpanan umur simpannya berbeda – beda
(Kartasapoetra, 1992).
5. Kandungan O2 dan CO2
Benih
dengan kadar air dibawah 10% akan dapat bertahan lebih lama, apabila CO2
pada udara disekeliling benih tersebut kenyataannya lebih tinggi daripada O2 pada udara itu. Benih dengan
kadar air lebih dari 14% akan lebih pendek umurnya karena uap air disekeliling
benih itu akan menurunkan O2 nya dan menaikan CO2 pada
udara tersebut (Kartasapoetra, 1992).
6. Cahaya
Jenis
benih yang memiliki tipe ortodoks tidak dapat dipengaruhi oleh cahaya pada saat
pentimpanan. Jenis-jenis benih yang foto-dormansi, yaitu benih yang akan
berkecambah pada saat ada ransangan cahaya harus diperhatikan dalam proses
penyimpanan. Karena cahaya yang diterima oleh benih akan merangsang benih untuk
berkecambah. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pada saat melaksanakan
penyimpanan benih harus memperhatikan sifat dari benih terhadap faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi kualitas benih. Pengkondisian yang sesuai dengan sifat
benih akan sangat menjaga kualitas fisik-fisiologik dari benih yang disimpan.
Oleh karena itu, implikasinya kepada teknik penyimpanan benih. Pada dasarnya
semua teknik penyimpanan benih dapat dilakukan dengan pertimbangan bahwa benih
yang disimpan harus kompatibel antara kondisi lingkungan serta sifat dari
benih.
Uji
daya simpan benih dalam praktikum, dilakukan dengan metode RAM (Rapid anging method). Metode ini
bertujuan menguji daya tahan benih dengan tekanan atau deraan suhu dan
kelembaban yang tinggi. Benih yang dapat berkecambah dengan normal pada kondisi
tersebut diasumsikan sebagai benih vigor yang diharapkan bila digunakan sebagai
bahan tanam pada lahan yang sesungguhnya dapat tumbuh dengan optimum sehingga
produksi yang dihasilkan tinggi. Pada krisper benih dilakukan dua perlakuan
yakni kontrol dan RAM, benih yang digunakan dalam praktikum adalah jagung dan
kedelai.
Benih
jagung dan kedelai yang digunakan ada dua jenis yakni jenis A dan B, sebelum
dilakukan pengujian benih dengan tekanan kelembaban dan suhu tinggi (RAM) benih
terlebuh dahulu dilakukan pengukuran kadar air. Berdasarkan pengukuran kadar
air yang telah dilakukan kadar air benih dapat digolongkan optimal untuk
penyimpanan benih kecuali pada kedelai A yang mana kadar airnya hanya 8,64%.
Kadar air optimal untuk penyimpanan benih ortodox adalah 10 – 14%, kadar air
yang terlalu rendah pada benih ortodoks dapat memicu terjadinya kerusakan
mekanis pada benih terutama benih kedelai. Kerusakan mekanis yang dimaksud
misalnya benih mengalami pecah – pecah atau terluka maupun kulit benih
terkelupas. Dari hasil penghitungan kadar air berturut - turut jagung A mengandung
12,68%, jagung B 11,2%, dan kedelai B 10,52%.
Setelah
dilakukan pengukuran kadar air benih dilakukan uji RAM, benih yang ditempatkan
pada krisper dengan berbagai perlakuan diletakkan kedalam inkubator selama (4 x
24 jam), dengan kelembaban nisbi (RH) 100% dan suhu 400 dalam kaleng
dan ditutup dengan rapat. Kaleng atau botol film didalam krisper ada yang
dilubangi dan ada juga yang tidak dilubangi, pada botol film yang tidak
dilubangi kadar air dan suhu cenderung terjaga, sedangkan yang dilubangi
tekanan kelembaban dan suhu akan sangat berpengaruh terhadap kualitas benih.
Suhu tinggi dihasilkan dari inkubator,
sedangkan kelembaban tinggi berasal dari krisper bagian tutup yang dibagian
atasnya diberikan kertas merang sehingga air yang dilepaskan benih melalui
mekanisme higroskopis akan terserap pada bagian kertas merang. Sifat
higroskopis benih adalah menyerap dan melepaskan air, air yang apa pada kertas
merang tersebut lama kelamaan akan bertambah sehingga kelembaban akan naik dan
saat diserap kembali oleh benih air berlimpah. Air tidak hanya dihasilkan
melalui proses penguapan benih, melainkan juga dihasilkan pada areal udara yang
banyak mengandung air pada inkubator sebelum ditutup, adanya kertas merang
dibagian tutup krisper mengkibatkan terjadinya kondensasi.
Kondensasi atau pengembunan adalah perubahan wujud benda ke wujud yang lebih padat, seperti gas (atau uap) menjadi cairan. Kondensasi
terjadi ketika uap didinginkan menjadi cairan, tetapi dapat juga terjadi bila
sebuah uap dikompresi (yaitu, tekanan ditingkatkan) menjadi cairan, atau
mengalami kombinasi dari pendinginan dan kompresi. Cairan yang telah
terkondensasi dari uap disebut kondensat. Sebuah alat yang digunakan
untuk mengkondensasi uap menjadi cairan disebut kondenser. Kondenser umumnya
adalah sebuah pendingin atau penukar
panas yang digunakan untuk
berbagai tujuan, memiliki rancangan yang bervariasi, dan banyak ukurannya dari
yang dapat digenggam sampai yang sangat besar. Kondensasi uap menjadi cairan
adalah lawan dari penguapan (evaporasi) dan merupakan proses eksothermik (melepas panas). Air yang terlihat di
luar gelas air yang dingin di hari yang panas adalah kondensasi (Wikipedia,
2011). Oleh karena itu benih yang mendapat perklakuan RAM yakni dengan botol
film dilubangi ketika dilakukan pengujian perkecambahan daya kecambahnya sangat
rendah, sebegian besar benih banyak yang mati.
Hasil uji perkecambahan benih
menunjukan pada perlakuan kontrol menunjukan perkecambahan yang jauh lebih
tinggi dibandingkan perlakuan RAM pada semua perlakuan. Daya perkecambahan
benih pada perlakuan kontrol lebih dari 84%, seperti yang dijelaskan sebelumnya
benih kontrol diletakkan pada botol film yang tertutup rapat (kedap udara)
sehingga tidak terpengaruh oleh tekanan kelembaban dan suhu tinggi. Daya
kecambah paling tinggi diperoleh pada perlakuan kontrol pada jagung B dimana
pada ulangan 1 benih yang berkecambah normal sebanyak 25 atau 100%.
Hasil yang jauh berbeda ditunjukan
pada perlakuan RAM, sebagian besar benih yang dikecambahkan setelah diletakkan
didalam inkubator selama 4 hari benih mati atau tumbuh abnormal. Pada kedelai B
hari ke-3 setelah perkecambahan benih mati 100% baik ulangan 1 dan 2, hal yang
sama juga terjadi pada kedelai A pada hari ke-5 setelah perkecambahan benih
yang hidup adalah 0%.
Benih jagung menunjukan respon yang berbeda terutama pada jagung A,
ulangan 1 beih yang tumbuh secara normal sebanyak 17 benih atau 68%, dan
ulangan 2 sebanyak 15 atau 60%. Hasil ini menunjukan bahwa vigor jagung A
terhadap suhu dan kelembaban tinggi sangat tinggi, sehingga kemungkinan besar
benih jagung A sangat baik untuk dijadikan sebagai bahan tanam. Pada jagung B
meskipun ada benih yang tumbuh normal tetapi presentasenya sangatlah kecil
yakni 16% pada ulangan 1 dan 12% pada ulangan 2. Tetapi hasil tersebut
setidaknya lebih baik dibandingkan hasil perkecambahan pada benih kedelai.
Tingginya
vigor jagung dibanding kedelai terhadap perlakuan RAM sangat dipengaruhi oleh
faktor genetis, dimana struktur jagung yang lebih keras sehingga embrio yang
ada pada titik tumbuh tidak mengalami kerusakan. Selain itu benih yang sehat
cadangan makananya akan cukup yang dapat digunakan embrio untuk metabolismenya
dalam upayanya untuk berkecambah. Sedangkan pada benih kedelai teksturnya yang
tidak keras sangat dimungkinkan dengan tekanan suhu dan kelemban yang tinggi
mengakibatkan terjadinya denaturasi protein, lemak, dan karbohidrat bahkan embrio
sehingga sebagian besar benih kedelai mati.
Beberapa
teknik yang dapat dilakukan dalam proses penyimpanan benih supaya mutu benih tetap
terjaga selama penyimpananan antara lain :
1. Benih
yang akan disimpan sebaiknya dikemas dengan menggunakan kemasan yang baik,
seperti menggunakan plastik, baik maupun wadah yang cukup kedap udara.
2. Mengkondisikan
benih yang dipak oksigennya tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah. Untuk
mengkondisikannya dapat dilakukan dengan menggunakan vakum maupun penyedot
udara.
3. Wadah yang
digunakan ditutup rapat agar tidak terjadi perubahan oksigen selama
penyimpanan.
4. Dapat
juga memberikan karbon di wadah yang digunakan. Pemberian karbon dapat membantu
untuk mengikat oksigen yang terdapat di dalam wadah.
5. Karbon
dapat diberikan dengan cara menggunakan arang maupun abu serta hembusan asap
lilin ke dalam wadah.
6. Perhatikan
kadar air benih yang disimpan, apabila benih masih memiliki kadar air yang
tinggi sebaiknya diturunkan dulu.
7. Perhatikan
bahan karbon yang dimasukkan ke dalam wadah (karbon harus benar-benar dalam
kondisi kering). Penggunaan bahan karbon yang basah dapat mengakibatkan
meningkatnya kadar air benih.
8. Simpan
benih dalam kondisi suhu dan kelembaban yang sesuai dengan persyaratan. Ruang
penyimpanan dapat berupa DCS, refigerator maupun ruangan yang telah diset
dengan suhu yang baik untuk proses penyimpanan. Untuk benih-benih tertentu
(ortodoks) dapat disimpan dalam ruang suhu kamar, apabila penyimpanan benih
tidak terlalu lama.
Pada prinsipnya tempat penyimpanan
yang baik harus memenuhi beberapa kriteria seperti (1) mengurangi metabolisme
benih, hal ini penting supaya energi yang digunakan benih tidak banyak terbuang
percuma misalnya untuk respirasi yang berlebih atau respon dari luka yang
mungkin muncul. Banyaknya energi yang terbuang percuma menyebabkan benih
mengalami kemunduran (2). Kemunduran benih ditandai dengan kerusakan mekanis,
daya kecambah rendah, terjadi peningkatan kecambah abnormal, peka terhadap
radiasi dan lain sebagainya. (3) Kondisi penyimpanan yang ideal harus dapat
meminimalisir keberadaan serangga, jamur, dan penyebab penyakit lainnya yang
dapat menurunkan kualitas benih. Cara untuk meminimalisir serangga dan penyebab
penyakit adalah dengan menjaga kelembaban, suhu, dan kadar air yang optimal
untuk penyimpanan benih.
Berdasarkan hasil yang diperoleh
kualitas benih yang diperlakukan pengukuran derajat kemunduran dengan metode
RAM (Rapid anging method) secara
keseluruhan mengalami penurunan drastis, terutama pada kedelai dimana benih
mati 100%. Metode pengujian derajat kemunduran RAM pada intinya adalah menekan
kondisi benih pada kondisi kelembaban dan suhu yang tinggi untuk mengetahui
vigor benih dengan metode tersebut.
Justise dan Bass (1994) melaporkan
hasil rata – rata dua periode simpan benih sayuran menunjukan bahwa daya
kecambah benih menurun sejalan dengan meningkatnya suhu suhu atau kelembaban
nisbi selama penyimpanan. Setelah 110 hari, rata – rata daya kecambah benih
yang disimpan pada suhu 100C dan kelembaban nisbi 81% hanya berbeda
0,6% dari benih yang disimpan pada suhu 26,70C pada kelembaban nisbi
44%. Tetapi setelah 250 hari rata – ratanya berbeda 4,1%. Hasil penelitian
tersebut jelas menunjukan bahwa benih yang disimpan pada suhu dan kelemban
nisbi yang tinggi akan terjadi penurunan kualitas secara drastis. Banyaknya
benih kedelai yang mati sewaktu dikecambahkan menunjukan bahwa vigor benih
kedelai lebih rendah dibandingkan jagung, jagung dengan perlakuan RAM daya
kecambahnya juga lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan normal.
BAB 5.
KESIMPULAN
1. RAM adalah
suatu metode untuk menguji derajat kemunduran benih dengan deraan suhu dan
kelemaban tinggi.
2. Berdasarkan
hasil praktikum diketahui bahwa daya kecambah benih dengan perlakuan RAM adalah
0%, sedangkan untuk kedelai kontrol diatas 84%. Benih jagung dengan perlakuan
RAM daya kecambahnya jauh lebih tinggi dibandingkan kedelai perlakuan RAM.
3. Kelembaban dan suhu tinggi berpengaruh nyata
terhadap penurunan daya kecambah dan vigor benih.
4. Benih jagung A menunjukan vigor paling tinggi
dibanding perlakuan yang sama pada benih lain dengan daya kecambah 68% pada
ulangan 1 dan 60% ulangan 2.
DAFTAR
PUSTAKA
Atmaka
dan Kawiji. 2004. Pengaruh Suhu dan Lama
Pengeringan Terhadap Kualitas Tiga Varietas Jagung (Zea mays L.). Surakarta
: UNS Press
Hasanah. 2002. Peran Mutu
Fisiologik Benih dan Pengembangan Industri Benih Tanaman Industri. Jurnal Litbang Pertanian. Volume 21 (3)
: 84 – 92
Justice dan Bass. 1994. Prinsip Praktek Penyimpanan Benih.
Jakarta : PT Grafindo Persada. Diterjemahkan oleh Rennie Roesli
Kartasapoetra. 1992. Teknologi Benih Pengolahan Benih dan
Tuntunan Praktikum. Jakarta : Rineka Cipta
Purwanti, S. 2004. Kajian Suhu Ruang Simpan Terhadap
Kualitas Benih Kedelai Hitam Dan Kedelai
Kuning. Ilmu Pertanian 11(1): 22-31.
Rukmana, dan Yuniarsih. 1996. Kedelai, Budidaya Pasca Panen.
Yogyakarta : Kanisius.
Sudarmadji S, Bambang Haryono, Suhardi. 1989. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian.
Yogyakarta : Penerbit Liberty
Wikipedia. 2011. Kondensasi. http://id.wikipedia.org/wiki/Kondensasi. diakses 13 Desember 2011
Zanibar, M. 2008. Metode Sortasi Dengan Perendaman
Dalam H2o Dan Hubungan Antara Daya Berkecambah Dan Nilai Konduktivitas Pada
Benih Tusam (Pinus merkusii Jungh et de Vriese). Jurnal Standardisasi 10(2) : 86 –
92.