Selasa, 25 Desember 2012

UJI DAYA SIMPAN BENIH DENGAN METODE RAPID ANGING METHOD (RAM)



UJI DAYA SIMPAN BENIH DENGAN METODE 
RAPID ANGING METHOD (RAM)




BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Penyimpanan benih penting untuk dilakukan dalam rangka menghasilkan benih yang berkualitas ketika proses pengriman selanjutnya sampai ketangan konsumen. Benih yang disimpan merupakan benih yang telah masak fisiologis, benih yang masuk pada masa fisiologis daya kecambahnya mencapai maksimum dimana bobot kering pada saat itu telah mencapai pada titik optimumnya. Pada saat masak fisologis viabilitas dan vigornya tinggi, viabilitas dan vigor yang tinggi akan berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan produksi tanaman yang diusahakan. Oleh karena itu benih dipanen ketika mengalami masak fisiologis, setelah dipanen benih dirontokan dan dilakukan pengolahan, dan pada periode selanjutnya diberikan perlakuan yang baik agar masa simpannya lama.
            Benih yang disimpan dengan baik dan pengelolan teknik yang benar akan menghasilkan benih yang berkualitas baik dalam jangka waktu yang lama, atau bisa dikatakan kualitas benih dapat dipertahankan melalui penyimpanan yang baik. Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap masa simpan penih yang terutama adalah suhu, kelembaban, dan kadar air benih. Selain itu yang perlu diperhatikan supaya benih tidak diserang oleh hama kebersihan tempat penyimpanan harus diperhatikan. Untuk menguji benih yang disimpan termasuk benih yang unggul atau tidak salah satunya bisa dilakukan pengujian dengan metode RAM (Rapid anging method).
            Intinya metode pengujian benih dengan metode RAM adalah menekan kondisi benih pada kondisi kelembaban dan suhu yang tinggi. Pada kondisi kelembaban tinggi imbibisi benih akan meningkat sehingga kelembaban didalam benih juga meningkat, kelembaban yang meningkat dapat memicu serangan jamur. Sedangkan pada suhu yang tinggi menyebabkan kadar air benih banyak mengalami kehilngan, kehilangan banyak air berpengaruh terhadap kualitas benih yakni benih cenderung maudah mengalami kerusakan mekanis. Pengujian benih dengan kondisi yang tidak mendukung penting untuk dilakukan supaya ketahanan benih terhadap kondisi tersebut dapat diketahui. Benih yang tehan terhadap deraan suhu dan kelembaban yang tinggi jika dismpan dengan kondisi yang optimum masa simpannya akan lebih lama.

1.1  Permasalahan
Bagaimana cara menentukan ketahanan benih terhadap daya simpan benih sehingga mutu benih dapat dipertahankan?

1.2  Tujuan dan Manfaat
1.2.1     Tujuan
Untuk menentukan ketahanan benih terhadap daya simpannya dengan membuat kondisi yang menekan berupa kelembaban tinggi dan suhu tinggi.

1.2.2     Manfaat
Agar mahasiswa dapat menentukan ketahanan benih terhadap daya simpan benih sehingga mutu benih dapat terjaga.





BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
            Penyimpanan benih dalam rangka pembenihan mempunyai arti yang luas, benih yang disimpan merupakan benih yang telah mencapai kemtangan fisiologis sampai waktu tanam tiba, dapat pada tanaman, digudang atau dalam rangka pengiriman benih itu ketempat, daerah yang memerlukannya. Selama dalam masa penyimpanan, karena pengaruh beberapa faktor, keadaan atau mutu benih akan mengalami kemunduran atau deteriorasi (Kartasapoetra, 1992). Penyimpanan yang tepat yakni dengan membuat lingkungan penyimpanan bersih dan kelembaban dan suhu dapat diatur dengan sedemikian rupa sampai pada titk optimumnya akan memperpanjang masa simpan benih.
Permasalahan yang seringkali terjadi pada pengadaan benih adalah viabilitas yang cepat menurun jika penyimpanannya tidak tepat. Sortasi kelompok benih yang telah rendah kualitasnya secara sederhana dapat dilakukan melalui perendaman dalam suatu cairan (H2O, larutan sukrosa, KNO3, dll). Cara ini didasarkan pada perbedaan berat jenis dan kecepatan penyerapan - pelepasan air dari setiap individu. (Zanzibar, 2008). Penurunan viabilitas benih merupakan suatu indikasi kuat terjadinya proses kemunduran benih atau deterioras, penyebab kemunduran yang utama adalah kadar air yang terlalu sedikit atau terlalu banyak, suhu, dan kelembaban.
Benih yang teridikasi mengalami kemunduran daya simpannya akan menurun drastis. Kemunduran benih merupakan proses penurunan mutu secara berangsur-anngsur dan kumulatif serta  tidak dapat balik (irreversible)  akibat perubahan fisisologis  yang disebabkan oleh faktor  dalam. Proses penuaan atau mundurnya vigor secara fisiologis ditandai dengan penurunan daya berkecambah, peningkatan jumlah kecambah abnormal, penurunan  pemunculan  kecambah  di  lapangan  (field  emergence),  terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman, meningkatnya kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim yang akhirnya dapat menurunkan produksi tanaman (Purwanti, 2004).
            Suhu penyimpanan dan kadar air benih merupakan faktor penting yang mempengaruhi masa hidup benih. Biasanya kadar air benih lebih besar pengaruhnya dari pada suhu. Pada kisaran suhu tertentu, umur penyimpanan benih sayuran, bunga – bungaan dan tanaman pangan menurun dengan meningkatnya suhu, kecuali benih – benih tertentu yang berumur pendek. Secara umum, viabilitas dan vigor benih menurun sejalan dengan meningkatnya suhu dan semakin lamanya benih terkena suhu tinggi, dan semakin meningkatnya kandungan kadar air benih. Pada suhu tertentu kerusakan berkurang dengan berkurangnya kadar air (Justice dan Bass, 1994; Terjemahan Rennie Roeslie).
Berdasarkan penelitian Atmaka dan Kawiji (2004) Perubahan  kadar air  selama penyimpanan terlihat peningkatan kadar air yang relatif lambat sampai hari ke-70 setelah penyimpanan. Selanjutnya peningkatan kadarair yang lebih besar terlihat sampai hari ke-112. Jagung varietas Arjuna secara umum mempunyai kadar air yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua varietas lainnya, khususnya pada pengamatan hari pertama dan setelah penyimpanan 112 hari.   Kondisi ini disebabkan karena tiap-tiap varietas secara genetik mempunyai kandungan air yang berbeda-beda dan mempunyai kemampuan menahan air yang berbeda-beda. Selain itu biji jagung yang disimpan dalam karung plastik tersebut senantiasa berusaha menyesuaikan diri pada kondisi lingkungan yang seimbang sehingga mengakibatkan peningkatan kadar air yang berbeda-beda pada tiap perlakuan suhu pengeringan.
Penentuan kadar air untuk penyimpanan benih salah satunya melalui pertimbangan genetis benih. Tiap benih orthodox meskipun jenisnya sama yakni membutuhkan kadar air yang rendah dalam penyimpanannya namun untuk lamanya benih dalam kondisi prima berbeda – beda. Hal tersebut dikarenakan faktor genetis masing – masing benih berbeda. Menurut Sudarmaji, et al., (1989) komposisi kimia benih seperti karbohidrat, protein, dan lemak dapat berpengaruh terhadap lama masa simpan suatu benih. Benih dengan kandungan protein tinggi seperti kedelai cenderung mudah pecah dibandingkan jagung yang kadar proteinnya lebih rendah. Oleh karena itu benih kedelai tidak bisa disimpan dalam waktu yang relatif lama karena rawan terjadi kerusakan mekanis.
Sebagai tanaman pangan, kedelai dapat disimpan dalam jangka waktu cukup lama. Caranya kedelai disimpan di tempat kering dalam karung. Karung-karung kedelai ini ditumpuk pada tempat yang diberi alas kayu agar tidak langsung menyentuh tanah atau lantai. Apabila kedelai disimpan dalam waktu lama, maka setiap 2-3 bulan sekali harus dijemur lagi sampai kadar airnya sekitar 9-11 % (Rukmana dan Yuniarsih, 1996). Untuk mengetahui ketahanan benih terhadap daya simpannya dengan membuat kondisi yang menekan berupa kelembaban tinggi dan suhu tinggi. Metode pengujian tersebut dikenal dengan istilah RAM (Rapid anging method), benih yang mempunya viabilitas dan vigor yang tingga akan tahan terhadap deraan kelembaban dan suhu yang tinggi.




BAB 3. METODOLOGI
3.1  Waktu dan Tempat
            Praktikum Uji Daya Simpan Benih Dengan Metode Rapid Aging Method (RAM) dilaksanakan pada hari Sabtu, 19 Nopember 2011, pukul 07.30 WIB. dan bertempat di Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1.      Beaker glass
2.      Krisper plastik
3.      Termometer
4.      Alat pengukur RH
5.      Alat pengukur kaar air benih atau tester
6.      Inkubator
7.      Alat pengecambah

3.2.2 Bahan
1.      Benih jagung
2.      Benih kedelai
3.      Substrat kertas merang
4.      Plastik

3.3 Cara Kerja
1.      Menyiapkan bahan dan alat yang digunakan.
2.      Megukur kadar air benih yang akan disiman dengan alat pengukur kadar air benih atau dengan metode oven.
3.      Memasukkan lembaran kertas merang yang basah dalam dasar krisper dan bagian dalam tutup krisper diberi lapisan kertas merang yang kering untuk menyerap air yang berkondensasi.
4.      Meletakkan benih yang akan diuji dalam beaker glass terbuka dan memasukkan dalam krisper dengan keadaan tertutup (ada dua ulangan).
5.      Menempatkan krisper dalam inkubator yang berkelembaban nisbi (RH) 100% dan suhu 40 °C selama empat hari (4 x 24 jam). Memasukkan benih dalam kaleng sebagai pembanding (kontrol) dan menutup rapat.
6.      Menanam masing-masing benih sebanyak 25 butir dalam substrat kertas dengan metode uji UKDdp.




VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil
Tabel 4.1 Hasil pengukuran kadar air benih














Tabel 4.2 Perkecambahan benih




















4.2  Pembahasan
Kondisi lingkungan yang optimum dan kebersihan tempat penyimpanan berpengaruh positif terhadap lamanya masa simpan benih. Kadar air merupakan salah satu kunci penyimpanan, benih dapat dipertahankan pada kualitas yang baik. Pada prinsipnya benih terbagi atas dua jenis berdasarkan kebutuhan kadar air optimum dalam penyimpanan. Benih yang membutuhkan kadar air relatif rendah dalam penyimpanan disebut benih orthodox, benih tersebut optimal disimpan dengan kadar air 10 – 14%, contohnya kedelai, padi, jagung, dan gandum.
Sebaliknya benih yang membutuhkan kadar air tinggi selama penyimpanan tergolong benih rekalsitran, pada benih kakao yang tergolong rekalistran kadar air optimal selama penyimpanan berkisar 40 – 50 %. Tetapi yang perlu diingat benih rekalsitran tidak bisa disimpan terlalu lama, hal ini berkaitan dengan potensi hilangnya kadar air secara drastis karena sesuatu hal yang menyebabkan benih rusak. Selain itu menurut beberapa peneliti masa simpan benih rekalsitran secara genetis memang lebih rendh dibandingkan benih orthodox. Benih orthodox bisa disimpan hingga bertahun – tahun jika kondisi penyimpananya optimum, tetapi ada juga benih orthodox yang masa simpannya pendek misalnya kedelai yang hanya tahan ± 3 bulan. Hal tersebut terjadi karena benih mempunyai karakteristik yang berbeda dalam hal ini susunan komposisi kimia dan sifat fisiologis benih.
Menurut Hasanah (2002) Benih ortodok umumnya dimiliki oleh spesies – spesies tanaman setahun, dua tahun (bienial) dengan ukuran benih kecil. Benih ortodok tahan pengeringan sampai kadar air mencapai 5% dan dapat disimpan pada suhu rendah. Daya simpan benih dapat diperpanjang dengan menurunkan kadar air dan suhu. Berbeda halnya dengan Benih rekalsitran, benih tersebut tidak tahan disimpan pada suhu dibawah 200C. Beberapa spesies tanaman tropis yang mempunyai sifat rekalsitran atau peka terhadap suhu rendah adalah kemiri, kayu manis, pala, kelapa, dan palma lainnya. Kelompok tanaman ini menghasilkan benih yang tidak pernah kering pada tanaman induknya, bila gugur benih masih dalam kondisi lembab dan mati apabila kadar air kritis. Benih yang disimpan dalam kondisi yang lembab daya hidupnya relatif pendek bergantung spesiesnya. Faktor – faktor yang mempengaruhi benih selama penyimpanan antara lain sebagai berikut :
1. Kadar air
            Salah satu sifat benih yang perlu diketahui adalah benih bersifat higroskopis, artinya benih mampu menyerap dan mengeluarkan air berdasarkan kebutuhannya menuju keseimbangan. Keseimbangan akan dicapai jika benih cenderung tidak melakukan aktivitas penyerapan dan pelepasan air. Pada kondisi dimana kadar air terlalu tinggi akan berpengaruh terhadap naiknya kelembaban dan respirasi benih sehingga energi yang dilepaskan untuk kegiatan tersebut terlalu banyak. Banyaknya energi yang terlepas untuk respirasi menyababkan benih kehilangan banyak energi untuk perkecambahan, akibatnya benih dapat mengalami kemunduran atau perkecambahan benih terhambat. Benih cenderung berkecambah abnormal bahkan benih yang ketahanannya sangat rendah akan mati. Sebaliknya pada lingkungan dengan kadar air yang terlalu rendah benih tidak bisa menyerap air dalam jumlah yang cukup yang menyebabkan benih mudah mengalami keruskan mekanis.
2. Kelembaban
            Kelembaban yang tinggi terjadi jika kadar air benih terlalu tinggi dengan suhu yang tinggi pula. Banyaknya air yang diserap oleh benih melalui mekanisme higroskopis akan meningkatkan kelembaban, pada kelembaban yang tinggi benih sangat rentan terhadap serangan penyakit terutama jamur. Benih yang terserang jamur sebagian besar tumbuh abnormal dan mati bergantung vigor benih. Untuk mengetahui kelembaban yang optimal untuk penyimpanan benih dilakukan dengan mengukur kelembaban yang didasarkan padar grafik isotherma absorbsi yang menunjukan kaitan dari kandungan benih dengan kelembaban relatif udara pada suhu tertentu.
3. Suhu

            Suhu udara dapat mempengaruhi proses biokimia maupun organisme lainnya untuk aktif. Proses biokimia serta aktifitas serangga, jamur dan bakteri dapat terhambat pada kondisi suhu di bawah 8-10 C. Pada kondisi demikian dapat mengakibatkan kerja enzim yang terkandung di dalam benih dalam fase istirahat, sehingga dengan demikian baik enzim yang terdapat di dalam benih, serangga, bakteri maupun jamur tidak aktif. Oleh karena itu, benih dapat aman apabila dikondisikan pada suhu tersebut.
4. Jenis Benih
            Jenis serealia yang berbeda, dalam penyimpanan dibawah keadaan atau persyaratan yang sama, umumnya daya simpannya akan berbeda pula. Hal ini berarti jenis yang satu lebih lambat kehilangan daya tumbuhnya, sedang jenis benih yang lainnya akan lebih cepat. Kejadian demikian akan terjadi pula pada jenis benih yang berlainan varietasnya, bila mengalami penyimpanan umur simpannya berbeda – beda (Kartasapoetra, 1992).
5. Kandungan O2 dan CO2
            Benih dengan kadar air dibawah 10% akan dapat bertahan lebih lama, apabila CO2 pada udara disekeliling benih tersebut kenyataannya lebih tinggi daripada  O2 pada udara itu. Benih dengan kadar air lebih dari 14% akan lebih pendek umurnya karena uap air disekeliling benih itu akan menurunkan O2 nya dan menaikan CO2 pada udara tersebut (Kartasapoetra, 1992).
6. Cahaya
Jenis benih yang memiliki tipe ortodoks tidak dapat dipengaruhi oleh cahaya pada saat pentimpanan. Jenis-jenis benih yang foto-dormansi, yaitu benih yang akan berkecambah pada saat ada ransangan cahaya harus diperhatikan dalam proses penyimpanan. Karena cahaya yang diterima oleh benih akan merangsang benih untuk berkecambah. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka pada saat melaksanakan penyimpanan benih harus memperhatikan sifat dari benih terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas benih. Pengkondisian yang sesuai dengan sifat benih akan sangat menjaga kualitas fisik-fisiologik dari benih yang disimpan. Oleh karena itu, implikasinya kepada teknik penyimpanan benih. Pada dasarnya semua teknik penyimpanan benih dapat dilakukan dengan pertimbangan bahwa benih yang disimpan harus kompatibel antara kondisi lingkungan serta sifat dari benih.
            Uji daya simpan benih dalam praktikum, dilakukan dengan metode RAM (Rapid anging method). Metode ini bertujuan menguji daya tahan benih dengan tekanan atau deraan suhu dan kelembaban yang tinggi. Benih yang dapat berkecambah dengan normal pada kondisi tersebut diasumsikan sebagai benih vigor yang diharapkan bila digunakan sebagai bahan tanam pada lahan yang sesungguhnya dapat tumbuh dengan optimum sehingga produksi yang dihasilkan tinggi. Pada krisper benih dilakukan dua perlakuan yakni kontrol dan RAM, benih yang digunakan dalam praktikum adalah jagung dan kedelai.
            Benih jagung dan kedelai yang digunakan ada dua jenis yakni jenis A dan B, sebelum dilakukan pengujian benih dengan tekanan kelembaban dan suhu tinggi (RAM) benih terlebuh dahulu dilakukan pengukuran kadar air. Berdasarkan pengukuran kadar air yang telah dilakukan kadar air benih dapat digolongkan optimal untuk penyimpanan benih kecuali pada kedelai A yang mana kadar airnya hanya 8,64%. Kadar air optimal untuk penyimpanan benih ortodox adalah 10 – 14%, kadar air yang terlalu rendah pada benih ortodoks dapat memicu terjadinya kerusakan mekanis pada benih terutama benih kedelai. Kerusakan mekanis yang dimaksud misalnya benih mengalami pecah – pecah atau terluka maupun kulit benih terkelupas. Dari hasil penghitungan kadar air berturut - turut jagung A mengandung 12,68%, jagung B 11,2%, dan kedelai B 10,52%.
            Setelah dilakukan pengukuran kadar air benih dilakukan uji RAM, benih yang ditempatkan pada krisper dengan berbagai perlakuan diletakkan kedalam inkubator selama (4 x 24 jam), dengan kelembaban nisbi (RH) 100% dan suhu 400 dalam kaleng dan ditutup dengan rapat. Kaleng atau botol film didalam krisper ada yang dilubangi dan ada juga yang tidak dilubangi, pada botol film yang tidak dilubangi kadar air dan suhu cenderung terjaga, sedangkan yang dilubangi tekanan kelembaban dan suhu akan sangat berpengaruh terhadap kualitas benih.
Suhu tinggi dihasilkan dari inkubator, sedangkan kelembaban tinggi berasal dari krisper bagian tutup yang dibagian atasnya diberikan kertas merang sehingga air yang dilepaskan benih melalui mekanisme higroskopis akan terserap pada bagian kertas merang. Sifat higroskopis benih adalah menyerap dan melepaskan air, air yang apa pada kertas merang tersebut lama kelamaan akan bertambah sehingga kelembaban akan naik dan saat diserap kembali oleh benih air berlimpah. Air tidak hanya dihasilkan melalui proses penguapan benih, melainkan juga dihasilkan pada areal udara yang banyak mengandung air pada inkubator sebelum ditutup, adanya kertas merang dibagian tutup krisper mengkibatkan terjadinya kondensasi.
                Kondensasi atau pengembunan adalah perubahan wujud benda ke wujud yang lebih padat, seperti gas (atau uap) menjadi cairan. Kondensasi terjadi ketika uap didinginkan menjadi cairan, tetapi dapat juga terjadi bila sebuah uap dikompresi (yaitu, tekanan ditingkatkan) menjadi cairan, atau mengalami kombinasi dari pendinginan dan kompresi. Cairan yang telah terkondensasi dari uap disebut kondensat. Sebuah alat yang digunakan untuk mengkondensasi uap menjadi cairan disebut kondenser. Kondenser umumnya adalah sebuah pendingin atau penukar panas yang digunakan untuk berbagai tujuan, memiliki rancangan yang bervariasi, dan banyak ukurannya dari yang dapat digenggam sampai yang sangat besar. Kondensasi uap menjadi cairan adalah lawan dari penguapan  (evaporasi) dan merupakan proses eksothermik (melepas panas). Air yang terlihat di luar gelas air yang dingin di hari yang panas adalah kondensasi (Wikipedia, 2011). Oleh karena itu benih yang mendapat perklakuan RAM yakni dengan botol film dilubangi ketika dilakukan pengujian perkecambahan daya kecambahnya sangat rendah, sebegian besar benih banyak yang mati.
Hasil uji perkecambahan benih menunjukan pada perlakuan kontrol menunjukan perkecambahan yang jauh lebih tinggi dibandingkan perlakuan RAM pada semua perlakuan. Daya perkecambahan benih pada perlakuan kontrol lebih dari 84%, seperti yang dijelaskan sebelumnya benih kontrol diletakkan pada botol film yang tertutup rapat (kedap udara) sehingga tidak terpengaruh oleh tekanan kelembaban dan suhu tinggi. Daya kecambah paling tinggi diperoleh pada perlakuan kontrol pada jagung B dimana pada ulangan 1 benih yang berkecambah normal sebanyak 25 atau 100%.
Hasil yang jauh berbeda ditunjukan pada perlakuan RAM, sebagian besar benih yang dikecambahkan setelah diletakkan didalam inkubator selama 4 hari benih mati atau tumbuh abnormal. Pada kedelai B hari ke-3 setelah perkecambahan benih mati 100% baik ulangan 1 dan 2, hal yang sama juga terjadi pada kedelai A pada hari ke-5 setelah perkecambahan benih yang hidup adalah 0%.
Benih jagung menunjukan  respon yang berbeda terutama pada jagung A, ulangan 1 beih yang tumbuh secara normal sebanyak 17 benih atau 68%, dan ulangan 2 sebanyak 15 atau 60%. Hasil ini menunjukan bahwa vigor jagung A terhadap suhu dan kelembaban tinggi sangat tinggi, sehingga kemungkinan besar benih jagung A sangat baik untuk dijadikan sebagai bahan tanam. Pada jagung B meskipun ada benih yang tumbuh normal tetapi presentasenya sangatlah kecil yakni 16% pada ulangan 1 dan 12% pada ulangan 2. Tetapi hasil tersebut setidaknya lebih baik dibandingkan hasil perkecambahan pada benih kedelai.
            Tingginya vigor jagung dibanding kedelai terhadap perlakuan RAM sangat dipengaruhi oleh faktor genetis, dimana struktur jagung yang lebih keras sehingga embrio yang ada pada titik tumbuh tidak mengalami kerusakan. Selain itu benih yang sehat cadangan makananya akan cukup yang dapat digunakan embrio untuk metabolismenya dalam upayanya untuk berkecambah. Sedangkan pada benih kedelai teksturnya yang tidak keras sangat dimungkinkan dengan tekanan suhu dan kelemban yang tinggi mengakibatkan terjadinya denaturasi protein, lemak, dan karbohidrat bahkan embrio sehingga sebagian besar benih kedelai mati.
Beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam proses penyimpanan benih supaya mutu benih tetap terjaga selama penyimpananan antara lain :
1.  Benih yang akan disimpan sebaiknya dikemas dengan menggunakan kemasan yang baik, seperti menggunakan plastik, baik maupun wadah yang cukup kedap udara.
2. Mengkondisikan benih yang dipak oksigennya tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah. Untuk mengkondisikannya dapat dilakukan dengan menggunakan vakum maupun penyedot udara.
3.     Wadah yang digunakan ditutup rapat agar tidak terjadi perubahan oksigen selama penyimpanan.
4.   Dapat juga memberikan karbon di wadah yang digunakan. Pemberian karbon dapat membantu untuk mengikat oksigen yang terdapat di dalam wadah.
5.    Karbon dapat diberikan dengan cara menggunakan arang maupun abu serta hembusan asap lilin ke dalam wadah.
6.   Perhatikan kadar air benih yang disimpan, apabila benih masih memiliki kadar air yang tinggi sebaiknya diturunkan dulu.
7.    Perhatikan bahan karbon yang dimasukkan ke dalam wadah (karbon harus benar-benar dalam kondisi kering). Penggunaan bahan karbon yang basah dapat mengakibatkan meningkatnya kadar air benih.
8.     Simpan benih dalam kondisi suhu dan kelembaban yang sesuai dengan persyaratan. Ruang penyimpanan dapat berupa DCS, refigerator maupun ruangan yang telah diset dengan suhu yang baik untuk proses penyimpanan. Untuk benih-benih tertentu (ortodoks) dapat disimpan dalam ruang suhu kamar, apabila penyimpanan benih tidak terlalu lama.
Pada prinsipnya tempat penyimpanan yang baik harus memenuhi beberapa kriteria seperti (1) mengurangi metabolisme benih, hal ini penting supaya energi yang digunakan benih tidak banyak terbuang percuma misalnya untuk respirasi yang berlebih atau respon dari luka yang mungkin muncul. Banyaknya energi yang terbuang percuma menyebabkan benih mengalami kemunduran (2). Kemunduran benih ditandai dengan kerusakan mekanis, daya kecambah rendah, terjadi peningkatan kecambah abnormal, peka terhadap radiasi dan lain sebagainya. (3) Kondisi penyimpanan yang ideal harus dapat meminimalisir keberadaan serangga, jamur, dan penyebab penyakit lainnya yang dapat menurunkan kualitas benih. Cara untuk meminimalisir serangga dan penyebab penyakit adalah dengan menjaga kelembaban, suhu, dan kadar air yang optimal untuk penyimpanan benih.
Berdasarkan hasil yang diperoleh kualitas benih yang diperlakukan pengukuran derajat kemunduran dengan metode RAM (Rapid anging method) secara keseluruhan mengalami penurunan drastis, terutama pada kedelai dimana benih mati 100%. Metode pengujian derajat kemunduran RAM pada intinya adalah menekan kondisi benih pada kondisi kelembaban dan suhu yang tinggi untuk mengetahui vigor benih dengan metode tersebut.
Justise dan Bass (1994) melaporkan hasil rata – rata dua periode simpan benih sayuran menunjukan bahwa daya kecambah benih menurun sejalan dengan meningkatnya suhu suhu atau kelembaban nisbi selama penyimpanan. Setelah 110 hari, rata – rata daya kecambah benih yang disimpan pada suhu 100C dan kelembaban nisbi 81% hanya berbeda 0,6% dari benih yang disimpan pada suhu 26,70C pada kelembaban nisbi 44%. Tetapi setelah 250 hari rata – ratanya berbeda 4,1%. Hasil penelitian tersebut jelas menunjukan bahwa benih yang disimpan pada suhu dan kelemban nisbi yang tinggi akan terjadi penurunan kualitas secara drastis. Banyaknya benih kedelai yang mati sewaktu dikecambahkan menunjukan bahwa vigor benih kedelai lebih rendah dibandingkan jagung, jagung dengan perlakuan RAM daya kecambahnya juga lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan normal.




BAB 5. KESIMPULAN  

1. RAM adalah suatu metode untuk menguji derajat kemunduran benih dengan deraan suhu dan kelemaban tinggi.
2. Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa daya kecambah benih dengan perlakuan RAM adalah 0%, sedangkan untuk kedelai kontrol diatas 84%. Benih jagung dengan perlakuan RAM daya kecambahnya jauh lebih tinggi dibandingkan kedelai perlakuan RAM.
3.  Kelembaban dan suhu tinggi berpengaruh nyata terhadap penurunan daya kecambah dan vigor benih.
4.  Benih jagung A menunjukan vigor paling tinggi dibanding perlakuan yang sama pada benih lain dengan daya kecambah 68% pada ulangan 1 dan 60% ulangan 2.




DAFTAR PUSTAKA

Atmaka dan Kawiji. 2004. Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan Terhadap Kualitas Tiga Varietas Jagung (Zea mays L.). Surakarta : UNS Press

Hasanah. 2002. Peran Mutu Fisiologik Benih dan Pengembangan Industri Benih Tanaman Industri. Jurnal Litbang Pertanian. Volume 21 (3) : 84 – 92

Justice dan Bass. 1994. Prinsip Praktek Penyimpanan Benih. Jakarta : PT Grafindo Persada. Diterjemahkan oleh Rennie Roesli

Kartasapoetra. 1992. Teknologi Benih Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum. Jakarta : Rineka Cipta

Purwanti, S. 2004. Kajian Suhu Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai  Hitam Dan Kedelai Kuning. Ilmu Pertanian 11(1): 22-31.

Rukmana, dan Yuniarsih. 1996. Kedelai, Budidaya Pasca Panen. Yogyakarta : Kanisius.

Sudarmadji S, Bambang Haryono, Suhardi. 1989. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta : Penerbit Liberty

Wikipedia. 2011. Kondensasi. http://id.wikipedia.org/wiki/Kondensasi. diakses 13 Desember 2011

Zanibar, M. 2008. Metode Sortasi Dengan Perendaman Dalam H2o Dan Hubungan Antara Daya Berkecambah Dan Nilai Konduktivitas Pada Benih Tusam (Pinus merkusii Jungh et de Vriese). Jurnal Standardisasi 10(2) : 86 –  92.































Tidak ada komentar:

Posting Komentar